[DISCLAIMER] Tulisan ini ditulis dalam ilustrasi seadanya dan dalam pengaruh dari musik yang dilantunkan oleh vokalis .Feast — Baskara Putra.
Chief saya memberikan tantangan (shoutout to mas Trias Nur Rahman) untuk membuat konten dalam bentuk tulisan, lisan, atau visual. Pada awalnya saya lebih tertarik untuk membuat podcast, namun saya memutuskan untuk mencoba kembali menulis karena sudah lama sekali saya tidak aktif dalam bermain tulisan, terutama dalam bahasa Indonesia. So bear with my writing, lads.
Ini adalah tulisan pertama saya di kanal ini, maka saya perlu untuk memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Nama saya Prasetyo Iman Nugroho, saya bekerja sebagai back-end developer dan juga sebagai produser musik atau musisi. Dalam tulisan saya kali ini saya akan merenung — ber”evaluasi” bagaimana perilaku night-owl person bisa mempengaruhi kinerja saya untuk kedua pekerjaan atau tanggung jawab yang saya pegang.
Kilas balik saya dalam menjadi seorang night-owl sudah saya lakukan sejak saya masih menempuh kuliah di Malang. Kala itu saya sedang terlibat dalam proyek musik baik di belakang maupun di depan layar. Proyek-proyek ini sejujurnya tidak mempengaruhi IPK saya pada semester itu (fiuh) namun terkecuali untuk pola tidur saya. Saya sendiri pun mengidap insomnia dan sering sekali yang saya akhirnya lakukan adalah membuat musik walaupun hanya draf awal, entah apa yang saya mau buat saat itu juga untuk memakan waktu sampai saya bisa tidur.
Lalu pada tahun 2018, saya lulus kuliah dan saya melanjutkan hidup di Jakarta. Pada waktu itu saya sedang tidak aktif dalam proyek musik apapun baik untuk pribadi atau non-pribadi. Dan juga di tahun yang sama saya mendapatkan pekerjaan pertama saya sebagai back-end developer di VhiWEB.
Di awal saya bekerja saya merasa cukup tertantang (baca: pusing) dalam manajemen waktu dan prioritas. Oiya, pada waktu itu juga pola tidur saya sudah berubah ke pola early-bird. Beberapa bulan saya masih meraba tech stack, workflow, dan lingkungan kerja di sini. Banyak pekerjaan yang akhirnya saya perlu bawa pulang ke rumah karena kudu ngerjain proyek musik di rumah. Tapi yang terjadi ketika saya sudah di rumah adalah saya malahan tidur.
Engga deng, canda. Kerjaan kantor tetep dilanjutkan di rumah. Imbasnya saya jadi kurang produktif di musik karena udah capek duluan kalau mau begadang. Kadang beberapa kali saya tetap begadang kalau wangsit mengharuskan saya untuk memindahkan ide-yang-takut-keburu-basi-di-kepala ke laptop untuk sekadar membuat bagan awal dari situ. Untungnya jam kerja saya di kantor belum terkena imbas dan saya masih dapat catch-up dengan pekerjaan di kantor.
Selang beberapa bulan kemudian saya mulai paham workflow kerja maupun tech stack yang dipakai. Task yang ada mulai dapat dikerjakan secara efisien, sehingga saya bisa pulang dengan tangan kosong (untuk beberapa kali). Seringkali saya tetap terjaga di malam hari karena merasa mampu untuk menghabiskan waktu di depan laptop untuk membuat musik — selain karena insomnia. Perlahan-lahan siklus tidur saya mulai bergeser. Di beberapa kali saya telat masuk namun pekerjaan yang sedang berlangsung tetap dapat saya capai tepat waktu.
Saya tidak tahu apa yang perlu saya ceritakan secara detil di bagian ini. Namun yang terjadi adalah saya sudah dapat fokus mengerjakan pekerjaan baik di kantor maupun sebagai music producer dengan baik. I got many accomplishments in both lines of work and I found myself really glad about it.
Sampai saya sudah menuju akhir dari tulisan ini, saya pikir tulisan ini sebenarnya tidak terlalu memberikan manfaat yang signifikan atau bisa dibilang saya ini curhat doang. Namun saya merasa inti permasalahan saya di awal adalah mungkin saya sering tidak mendapatkan full insight dari apa yang harus saya kerjakan. Terlebih lagi dengan kondisi saya menjadi karyawan kantor di waktu pagi maka banyak sekali hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan kantor yang perlu saya beri perhatian terlebih dahulu.
Kondisi night-owl cycle pada diri saya telah memberikan kontribusi yang besar pada saya selama setahun terakhir sampai pada akhirnya saya tersadar bahwa adaptasi dan adjustments adalah hal yang wajar, dan tentu saja saya jadi lebih menikmati proses trial and error yang terjadi pada diri saya. And who knows I might have to adapt again with uncertain circumstances in the near future.
Dan saya ada kutipan yang dapat meringkas kesimpulan dari tulisan saya:
“At first glance it may appear too hard. Look again. Always look again.”
― Maryanne Rodmacher
fin.
Evaluasi Satu Tahun dari Seorang Night-Owl was originally published in VhiWEB on Medium, where people are continuing the conversation by highlighting and responding to this story.